HARIMAU JAWA MENOLAK PUNAH ANTARA MITOS ATAU FAKTA???
Baru – baru ini saya menerima kiriman
foto dari salah satu grub media social yang saya miliki, karena kejadian
tersebut saya yang memang dari awal tertarik dengan keberadaan sang harimau
jawa ini menjadi sangat tertarik untuk menulis artikel tentang hewan karnivora
yang katanya dinyatakan punah.
Terlebih lagi setelah saya pulang dari Taman Nasional Bandealit yang merupakan
kawasan yang dianggap sebagai hutan yang menjadi habitat terakhir Harimau Jawa.
Jadi, hanya satu pertanyaan yang begitu mengganggu saya, dimana dia sekarang?
Panthera
tigris sondaicus atau orang umum
menyebutnya harimau jawa adalah salah satu hewan yang dilindungi dan
keberadaanya dinayatakan punah sejak pertengahan tahun 1970-an, pernyataan
tersebut bukan tanpa alasan. Jejak harimau Jawa terakhir
dilihat di Taman Nasional Meru Betiri pada 1976. Dalam periode sama,
International Union of Conservation for Nature (IUCN) menaikkan status harimau
Jawa, dari "Sangat Rentan" (Critically
Endangered) ke "Punah"(Extinct). Harimau Jawa menyusul Harimau
Bali yang dinyatakan punah pada 1937.
Namun
seorang peneliti bernama Didik Raharyono
memiliki pernayataan yang berbeda mengenai keberadaan harimau jawa, dia dengan
tegas mengatakan jika Harimau Jawa belum punah karena bukti – bukti yang ia
temukan mendukung keberadaan Harimau Jawa. Bukti – bukti tersebut ia paparkan
pada sebuah seminar di Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Tanda – tanda
keberadaan Harimau Jawa yang berhasil ia temukan diantaranya adalah :
1. Pada tahun 2004
Didik mengaku menjumpai kotoran Harimau Jawa
2. Pada tahun 2006 dia
mencatat kesaksian seorang TNI yang berjumpa dengan Harimau tersebut
3. Didik juga mengaku
memilki sampel kulit Harimau Loreng dari Jawa Tengah
4. Penemuan sisa kuku
dan darah milik Harimau Jawa semakin menambah keyakinannya jika hewan tersebut
belum punah.
Namun bukti- bukti tersebut seakan tak ada artinya jika
tidak disertai foto terbaru keberadaanya. Maka pada 25 Agustus 2017, dilakukan
pemasangan kamera trap. Kamera trap merupakan kamera yag dapat memotret suatu
objek dengan medeteksi sensor gerakan. Tak hanya bisa memotret, kamera trap
juga bisa merekam. Dan kamera trap tersebut berhasil merekam keberadaan hewan
langka tersebut. Kucing besar dengan loreng tampak seperti harimau tersebut
berkeliaran di Padang Penggembalaan Cidaon, Taman Nasional Ujung Kulon,
Provinsi Banten. Dia berada di antara tiga ekor burung merak dan di dekatnya
tergeletak bangkai banteng, yang diduga dimangsa oleh hewan tersebut. Jika
benar hewan yang tertangkap kamera trap tersebut adalah Harimau Jawa, pastilah
hal tersebut menajadi topic yang istimewa untuk diperbincangan, pasalnya
harimau jawa yang telah dinyatakan punah telah ditemukan di Taman Nasional
Ujung Kulon dan bukannya di habitatnya Taman Nasional Merubetiri. Apakah Harimau Jawa menolak punah? Who
know’s
Oke, buat kalian yang belum tahu seperti apa sih Harimau Jawa
itu, atau masih bingung bedanya harimau jawa dengan harimau sumatera, saya akan
memberikan sedikit gambaran yang saya ketahui dari seseorang yang sedang
meneliti keberadaanya.
Harimau Jawa
Harimau jawa memiliki ukuran tubuh yang lebi besar
jika dibanding dengan harimau sumatera serta harimau bali. Harimau jawa jantan
memiliki berat 150-200 kg serta panjangnya kurang lebih 2. 50 mtr.. Betina
berbobot legih mudah, yakni 75-115 kg serta sedikit lebih pendek dari type
jantan. Besar tubuh harimau jawa ini dianggap dikarenakan ada persaingan dengan
macan tutul serta ajak. Selain itu ada hukum : makin menjauhi garis
khatulistiwa maka ukuran tubuh harimau dapat makin besar, jika harimau bali.
Gambar harimau sumatera
Harimau Sumatera adalah harimau terkecil di
spesiesnya, ukurannya yang kecil ini memudahkannya menjelajahi hutan rimba.
Memiliki warna yang
paling gelap dari seluruh spesies harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan
hingga orange tua.
Pola warna hitamnya
berukuran lebar dan jaraknya rapat kadang kala dempet.
Harimau Sumatera
jantan memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke buntut atau sekitar
250 cm panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300 pound atau sekitar 140
kg, tinggi dari jantan dewasa dapat mencapai 60 cm.
Harimau Sumatera
betina rata-rata memiliki panjang 78 inci atau sekitar 198 cm dan berat 200
pound atau sekitar 91 kg.
Belang harimau ini
lebih tipis daripada spesies harimau lainnya.
Memilik banyak
janggut serta surai di bandingkan spesies harimau lainnya, terutama harimau
jantan.
Bulunya berubah
warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan.
Terdapat selaput di
sela-sela jarinya yang menjadikan harimau ini mampu berenang dengan cepat.
harimau ini diketahui menyudutkan mangsanya ke air, terutama bila binatang
buruan tersebut lambat berenang.
Lalu apakah mereka para peneliti itu berdiam diri
saja akan bukti – bukti yang telah mereka temukan namun tidak sepenuhnya
diakui? Tidak, tentu saja tidak. Mereka bersatu untuk kembali mencari
persembunyian hewan yang disakralkan oleh para leluhur itu.
Berbagai
usaha dilakukan untuk menemukan keberadaan harimau jawa, khususnya di Taman
Nasional Merubetiri. Penelitian ini sudah berjalan bahkan sebelum Didik Raharyono menemukan berbagai bukti. Yang
terbaru dan yang saya ketahui, saat ini Balai Pusat Taman Nasional Merubetiri
telah menyiapkan dana sebesar lima ratus juta guna pembelian kamera trap yang
nantinya akan dipasang menyebar di Tn. Merubetiri yang luasnya mencapai 58.000
ha. Kita doakan saja sempga berbagai usaha yang saat ini sedang direncanakan
membuahkan hasil yang signifikan dan menjawab rasa penasaran kita semua akan
kebedaradaan Harimau Jawa.
“Bukan tanpa alasan harta karun disembunyikan. Teguhkan
niatmu, agar saat kau menemukannya kau tak tersesat dalam fikiranmu.”
4 April 2018
Komentar
Posting Komentar